INT. KAMAR APARTEMEN - MALAM

Suara hujan turun di luar jendela. Lampu neon dari gedung seberang berpendar samar di dinding.
RINA, 24 tahun, duduk di depan laptop. Mata lelah, wajah pucat diterangi cahaya layar.
Ia bekerja sebagai admin media sosial lepas. Tugasnya malam itu sederhana — mengatur jadwal posting untuk klien barunya: Hore168, sebuah situs hiburan digital yang baru berdiri.

RINA (mendengus):
“Hore168… nama aneh. Tapi bayarannya besar, ya sudahlah.”

Ia membuka folder berisi file promosi, gambar, dan video pendek. Semua tampak normal.
Namun ada satu file tanpa nama, hanya berjudul: 168.
Ukuran file itu hanya 6,66 MB.


RINA MENGKLIK FILE ITU

Layar berubah hitam.
Tidak ada suara.
Setelah lima detik, muncul satu kalimat di tengah layar:

“TERIMA KASIH SUDAH MENGAKTIFKAN SIARAN.”

Rina terkejut. Ia menekan tombol ESC, tapi tidak berfungsi.
Kursor bergerak sendiri, mengetik pesan di layar chat kerjaannya:

“Hore168 sudah hidup.”

Rina menatap heran. “Hidup? Maksudnya apa?” gumamnya.


INT. KAMAR - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Rina menutup laptop, memutus WiFi, lalu berbaring di tempat tidur.
Namun ketika ia memejamkan mata, terdengar notifikasi suara dari laptop yang seharusnya mati
pling! pling! pling!
Pelan tapi terus menerus, seperti pesan masuk tanpa henti.

Dengan napas berat, ia membuka laptop lagi.
Layar menyala sendiri. Chat box muncul otomatis —
dan pesan-pesan terus masuk dari akun dengan nama ADMIN168:

“Terima kasih sudah menonton.”
“Kami senang kau ada di sini.”
“Apakah kau ingin mencoba permainan ini?”

Rina tidak membalas. Ia hanya menatap layar, dan saat itu kamera laptopnya menyala — lampu indikator merah berkedip.
Ia menutup layar cepat-cepat. Tapi suara notifikasi itu tidak berhenti.


INT. RUANG TAMU - MALAM

Ia keluar dari kamar, mencoba menenangkan diri.
Namun dari arah dapur, terdengar suara notifikasi yang sama, pelan tapi jelas — pling… pling…
Ponselnya yang tergeletak di meja menyala, menampilkan pesan baru:

“Hore168 sedang LIVE. Klik untuk bergabung.”

Ia terpaku. Ia tidak pernah mengunduh aplikasi apa pun dengan nama itu.

Ketika ia mencoba menutup notifikasi, layar ponselnya berubah menjadi gelap.
Lalu muncul tayangan video dirinya sendiri — duduk di depan laptop, menatap kamera, seolah baru saja direkam dari jarak yang sangat dekat.
Rina menjatuhkan ponselnya, menahan napas.


INT. KAMAR - TENGAH MALAM

Rina menyalakan semua lampu. Ia memeriksa laptopnya — kabel webcam sudah dicabut.
Namun layar masih menampilkan video dirinya, kali ini dengan perbedaan halus:
Dalam video itu, Rina sedang tersenyum, padahal ia tidak.

RINA (berbisik):
“Itu… bukan aku.”

Di bawah video muncul baris teks:

“Senyummu bagus, Rina. Mari tampil untuk penonton Hore168.”

Ia panik. Menekan tombol power, tapi laptop tidak mati.
Malah layar menampilkan angka besar — 168 — berkedip cepat.

Suara notifikasi berubah menjadi bisikan:

“Satu, enam, delapan… satu jalan, enam pilihan, delapan akhir.”


RINA MENCOBA KELUAR APARTEMEN

Pintu utama terkunci dari luar.
Ia memanggil, mengetuk, berteriak — tidak ada jawaban.
Cahaya dari jendela tiba-tiba redup, seperti listrik di seluruh gedung padam.
Namun laptopnya tetap menyala di kamar, menyorot cahayanya ke seluruh ruangan.

Rina berjalan perlahan mendekat.
Di layar kini muncul video LIVE STREAM dengan komentar yang terus mengalir:

“Keren banget efeknya.”
“Real banget, kayak orang beneran takut.”
“Next episode Hore168 kapan?”
“Dia nggak tahu ya dia disiarkan beneran?”

Rina gemetar.
Jumlah penonton: 16.800 orang.


INT. KAMAR - PERTUNJUKAN BERLANJUT

Video itu menampilkan dirinya dari berbagai sudut — dari belakang, dari samping, dari bawah tempat tidur.
Ia menatap ke sekeliling, tak menemukan kamera mana pun.
Tapi di layar, ia melihat bayangan seseorang berdiri di belakangnya, wajahnya buram, hanya mata merah menyala.

Rina menjerit. Tapi suaranya tidak keluar.
Ia mencoba mengetik di keyboard: STOP LIVE, tapi huruf yang muncul di layar berbeda:

“LIVE AKAN SELESAI SETELAH KAU BERHENTI BERNAFAS.”

Air matanya jatuh. Ia memeluk lututnya, gemetar.
Komentar terus berjalan cepat di layar:

“Aduh efeknya ngeri banget!”
“Ini real stream kan?”
“Namanya siapa sih? Rina? Cantik banget sebelum darahnya keluar.”
“Hore168 nggak pernah gagal bikin konten.”


INT. KAMAR - PUKUL 03:16

Suara tawa perempuan terdengar dari speaker laptop.
Bukan dari video, tapi dari dalam ruangan.
Rina menoleh ke arah cermin.
Di sana, pantulan dirinya berdiri tegak — tapi tidak bergerak bersamaan.
Pantulan itu tersenyum dan berkata dengan suara berat:

“Jangan takut. Semua orang ingin dilihat.”

Layar laptop tiba-tiba menunjukkan teks terakhir:

“TERIMA KASIH SUDAH MENJADI BAGIAN DARI KAMI.”
“HORE168 SELALU MENAYANGKAN KEJUJURAN.”
“STREAM BERAKHIR DALAM 3… 2… 1…”

Cahaya padam.


EPILOG

Dua hari kemudian, polisi datang ke apartemen Rina setelah laporan dari tetangga yang mencium bau busuk.
Mereka menemukan laptopnya masih menyala, memutar video LIVE yang sudah berhenti.
Rekaman menunjukkan Rina duduk di kursinya, wajah tersenyum, mata terbuka, tak bergerak.

Tidak ditemukan tanda kekerasan.
Namun di layar laptopnya, setelah video berakhir, muncul pesan baru yang terus berulang setiap 16 menit 8 detik:

“Kamu selanjutnya?”
“Ketik HORE168 untuk bergabung.”


- Copyright © Film Populer – Review, Tren, dan Hiburan Online Terkini - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -